Resign atau Lanjut?
Apa yang anda pikirkan saat mendengar kata PNS? Seragam, Gaji tetap, Tunjangan hari tua, mungkin hal tersebut yang akan kalian ucapkan saat mendengar kata PNS. Banyak orang yang mendambakan pekerjaan sebagai PNS ini, bahkan saat saya SMA, teman-teman saya berlomba-lomba daftar ke berbagai Sekolah Kedinasan yang disediakan negara demi menjadi seorang PNS. Maka timbulah pertanyaan apakah benar semenarik itu bekerja sebagai PNS? dan apakah benar bisa membuat kebahagiaan itu datang? Mungkin setelah membaca tulisan ini kalian akan bisa menyimpulkan jawaban apa yang direspon oleh hati dan pikiran anda.
Ia bertemu dengan teman sewaktu SMA, sudah lama mereka tidak bertemu semenjak lulus SMA, karena harus sibuk menggapai harapan dan impian yang ada dibenak masing-masing. Saat pembicaraan sudah mulai hangat dia berbicara banyak hal tentang hal yang harus ia lalui semenjak lulus SMA. Banyak orang berkata bahwa setelah lulus SMA kita akan dihadapkan dengan dunia yang sebenarnya, kerja, masalah ekonomi, sulitnya mencari uang, jodoh dan sebagainya, dan ada beberapa orang yang setelah lulus SMA harus kuliah dengan biayai oleh kantong orangtua mereka. Sayangnya tidak semua orangtua seperti itu, teman saya yang satu ini hanyalah salah satu dari teman-teman saya yang tidak bisa kuliah setelah lulus SMA dikarenakan masalah ekonomi keluarga mereka. Jadi setelah lulus SMA ia sudah dihadapkan dengan masalah dunia yang sebenarnya, ia harus mondar mandir mencari pekerjaan dengan bermodal Ijazah SMA. Surat lamaran ia kirimkan ke banyak pabrik, ibarat kata orang tebar umpan sebanyak-banyaknya karena kita tidak tahu umpan mana yang akan disambar ikan, mungkin begitulah yang teman saya pikirkan. Sembari menunggu ada panggilan dari lamaran yang ia kirim, ia bekerja apapun selagi bisa menghasilkan uang yang halal untuk dirinya dan membantu perekonomian orangtuanya. Dan sampai akhirnya ia mendapat panggilan dan diterima bekerja disebuah pabrik dengan perjanjian kontrak. Hari demi hari ia merasakan menikmati gaji UMR (Upah Minimum Regional) yang lumayan untuk kebutuhannya dan keluarganya lebih dari cukup. Berjalan dua bulan bekerja ia mulai berpikir bahwa ia tidak bisa seperti ini terus, karena suatau saat ia pasti bisa diberhentikan karena ia hanya sebatas pegawai kontrak, dari sini ia mulai mengambil ancang-ancang untuk melangkah lebih. Ia mulai menghitung keuangan dan ia memutuskan untuk mendaftar kuliah. Setiap hari ia bekerja dengan hati-hati agar kontrak kerjanya terus diperpanjang, karena dengan uang itu ia kuliah, kalau sampai diputus kontrak maka yang terjadi kemungkinan besar kuliahnya juga akan berhenti, karena tidak menjadi ia bisa mendapat pekerjaan kembali dalam waktu singkat. Pulang kerja ia langsung berangkat kuliah, selama 3 tahun ia melakukan hal yang melelahkan tersebut, malam ia harus mengerjakan tugas dan paginya ia harus bekerja. Sampai akhirnya 3 Tahun dan ia lulus dari kuliah.
Setelah ia lulus kuliah ia mulai merencanakan langkah berikutnya, bahwa ia harus mendapatkan pekerjaan tetap untuk menjamin kehidupannya kedepannya. Ia mulai berpikir untuk menjadi seorang pegawai negeri. Dahulu ia bercita-cita untuk menjadi seorang polisi, sudah pernah mencoba sekali dan gagal pada saat baru lulus SMA, kemudian ia tidak pernah mencobanya kembali sampai ia bekerja di pabrik. Ia mulai mencari informasi dan menemukan pembukaan penerimaan PNS di salah satu kementerian. Ia pun lolos seleksi PNS dan ia berhenti dari pabrik. Ia sangat gembira dengan hal itu, orangtuanya-pun sangat senenag mendengar kabar tersebut. Beberapa hari kemudian ia mengetahui penempatan PNS di daerah mana. Sekilas ia terkejut karena mengetahui penempatan kerjanya jauh dari keluarga, di luar Pulau Jawa, menuju Indonesia bagian timur, tapi hal itu tidak begitu ia pedulikan karena yang ada di pikirannya adalah bagaimana ia bisa mendapatkan pekerjaan tetap.
Dimulailah arah langkah hidupnya yang baru, berkelana di daerah orang menjadi seorang perantauan. Hari demi hari ia merasakan kenyamanan bekerja, menikmati gaji yang disediakan oleh negara. Hidupnya seakan lebih terjamin. Setiap tahun ia pulang ke kampung halaman 2 kali, saat liburan hari raya idul fitri dan saat libur akhir tahun. Akan tetapi tahun pertama perjalannya sebagai PNS ia mendapat kabar bahwa ayahnya meninggal. Perasaan sedih, bingung, ditambah lagi ia dalam posisi jauh dari keluarga semakin membuat hatinya kacau. Ia baru mengetahui dari kerabatnya bahwa ayahnya selama setahun ini sakit, akan tetapi orangtuanya tidak memberitahunya karena beranggapan bahwa hal itu akan menjadi beban pikirannya saat merantau. Bergegas ia mencari tiket pesawat hari itu juga. Ayahnya meninggal dunia subuh dan akan dimakamkan siang harinya. Ia mendapati bahwa semua penerbangan penuh, karena penerbangan dari daerahnya agak jarang-jarang. Kesedihannya semakin bertambah. Disinilah awal ia mengutuk dirinya karena jauh dari keluaraga.
Setelah kejadian tersebut, ia berprinsip bagaimanapun caranya ia harus menemani ibunya, karea ia anak tunggal jadi hanya ia yang dimiliki ibunya saat ini. Mulai bimbang. Apakah ia harus melanjutkan karirnya sebagai PNS atau endak? Pernah terbesit untuk mengajak ibunya ikut merantau bersamanya, sehingga ia bisa selalu menemani ibunya, mengetahui kondisi ibunya, dan agar tidak terulang kejadian yang sama saat ayahnya meninggal dimana ia tidak bisa melihat ayahnya untuk terakhir kalinya, akan tetapi ide tersebut ditolak ibunya. Ia tidak memaksa ibunya untuk itu, karena sejak dulu bisa dibilang ia anak yang berbakti kepada orangtuanya dan tidak pernah membantah sedikitpun. Bejalan beberapa bulan kemudian merasa uang tabungannya sudah cukup untuk membuka bisnis jualan kecil-kecilan ia mengajukan pengunduruan diri sebagai PNS. Ia pun mengakhiri arah langkahnya sebagai seorang perantau dan kembali ke kampung halaman demi menemani ibunya. Banyak orang yang menyayangkan atas keputusan yang diambilnya. Akan tetapi tidak ada rasa penyesalan yang ia rasakan, baginya saat ini keluarganya adalah yang terpenting, rezeki bisa dicari tanpa harus mengorbankan kebahagiaan bersama keluarga.
Dari hal tersebut saya sadar bahwa seberapa nyaman pekerjaan kita dimata oranglain, kita sendirilah yang mersakan dan menikmatinya, maka lakukanlah apa yang menurut kita terbaik, jika memilih melepas suatu perkejaarn demi keluarga apalagi demi seorang ibu, menurutku adalah hal yang terhebat yang pernah saya dengar, karena bagaimanapun kita ada di dunia dan bisa bertahan sampai saat ini karena orangtua kita, jika kita sampai menelantarkan mereka karena pekerjaan sesungguhnya kita telah menodai kehidupan kita.
"Seberapaun jauh arah langkahku, pulang ke rumah adalah tujuan akhirku"
Komentar
Posting Komentar